Jumat, 03 Mei 2013

“KELAM, SURAM, DIBALIK HARAPAN”

Kaos hitam lusuh dengan celana ketat serta rambut mo hawk sepertinya sudah menjadi ritual khusus bagi anak punk. Bukan hanya di Indonesia, namun juga di dunia.

Mereka bisa bergaul bebas, lantaran tak memiliki prinsip dan pandangan hidup yang kokoh. Mereka suka menerobos norma yang ada, karena mereka tak memiliki figur yang pantas untuk membimbing mereka ke jalan yang benar. Kehampaan, kekecewaan demi kekecewaan, kegalauan demi kegalauan menumpuk, terakumulasi dalam jiwa yang akhir muaranya adalah hidup menjadi anak jalanan. Sebagian masyarakat melabeli mereka dengan “sampah masyarakat”. 

Mereka benar-benar terbuang dari kehidupan bermasyarakat yang sehat. Bagai seonggok sampah yang di buang karena sudah tidak berguna.Dengan bermodalkan gitar okulele (Kentrung), Sebelumnya, pandangan negatif kembali harus diterima komunitas street punk. Hal tersebut lantaran pada Minggu 8 Januari lalu, seorang anggota Polisi mengalami luka akibat dikeroyok kumpulan anak Punk di Malang Jawa Timur. Selain dikeroyok, mobil anggota polisi tersebut juga dirusak.
Belakangan, tak jarang kita melihat gerombolan anak punk yang berada di kota-kota besar. Keberadaan mereka masih menjadi kontroversi, hal tersebut lantaran prilaku negatif yang kerap timbul, seperti mabuk-mabukan. Namun sebagian juga menganggap positif keberadaan mereka, lantaran kemandiriannya di industri musik, yaitu membuat musik sendiri, mendistribusikan sendiri distro atau lapak salah satu contoh nyatanya.

Inggris adalah negara yang melahirkan Street Punk pada tahun 1980-an. Inggris di masa itu dipimpin oleh Perdana Menteri Margareth Thatcher. Dia dituding mengabaikan kelas pekerja, sehingga mengakibatkan pengangguran di mana-mana. Ketika pabrik-pabrik menutup lowongan pekerjaan, dan memecat banyak karyawan, masyarakat kelas pekerja menggunakan jalanan sebagai tempat mencari nafkah, membuat jejaring-kerja, serta aksi protes dengan musik.

Sepertinya pemerintah harus serius dalam menangani hal ini, aspirasi anak muda serta aroma perlawanan sepertinya bisa menjadi energi tersendiri untuk dapat membangun negeri ini.

Mereka biasanya mencari tempat singgah hanya untuk istirahat tidur yaitu di emperan toko, halte bis atau di bawah jembatan layang, seperti gambar anak punk dibawah ini
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar